Saturday, February 15, 2014

Membongkar Korupsi Taruhkan Nyawa


Membongkar korupsi pejabat tinggi negeri ini, mengungkapkan perilaku mafia, membeberkan kebusukan dan kemunafikan para pemimpin negara bukanlah pekerjaan mudah. Kesulitan mencari dan mengumpulkan bukti – bukti kejahatan mereka tidak begitu sulit, tidak menjadi hambatan besar dibanding dengan risiko kehilangan nyawa, dicelakakan dan dikriminalisasi seperti yang kerap terjadi terhadap penggagas dan mantan admin akun anti korupsi dan anti kemunafikan @Triomacan2000.

Sejak aktif di lini masa twitter pada 1 April 2011, Raden Nuh pencetus akun @Triomacan2000 sering menerima teror, fitnah, kriminalisasi hingga percobaan pembunuhan terhadao dirinya yang dilakukan oleh pihak – pihak tertentu yang merasa terancam dipidana akibat kicauan @triomacan2000 yang membongkar korupsi atau praktek mafia mereka selama ini.

Percobaan pembunuhan terhadap diri pencetus akun @Triomacan2000, sesuai pengakuannya yang dimuat di Kompasiana beberapa bulan lalu, kembali lagi terjadi sekitar di kawasan Driving Golf Senayan Jakarta Selatan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang diduga sebagai orang – orang suruhan atau pembunuh bayaran.

Kejadian ini bukan untuk yang pertama kali terjadi pada diri Raden Nuh, mantan aktivis mahasiswa awal tahun 1990an yang dianggap para koruptor dan mafia republik ini sebagai ancaman serius terhadap eksitensi dan perbuatan korupsi mereka.

Sebelumnya, lebih setahun lalu ketika Raden Nuh sedang mendampingi Ibunya yang sedang kritis di RS Thamrin Jakarta, sekitar 20an orang preman bayaran bersama – sama mantan staf khusus Menteri Dalam Negeri dan assisten staf khusus Menteri Kelautan dan Perikanan pernah menyerbu RS Thamrin untuk menyerbu RS Thamrin dengan maksud menyerang Raden.

Penyerangan yang dilakukan secara terencana oleh Umar Syadat Hasibuan cs itu pernah dimuat beritanya media – media nasional. Motif penyerangan itu sendiri belakangan diketahui dilakukan Umar Syadat cs atas dasar uang bayaran yang disebut – ssbut sebesar Rp. 1 miliar dari seorang pejabat penegak hukum eselon I di Kejaksaan Agung.

Disamping bermaksud mencelakakan Raden, Umar Syadat cs juga bertujuan melakukan kriminalisasi dengan rangkaian fitnah dan keaksian palsu yang sudah mereka skenariokan sebelum penyerangan ke RS Thamrin itu terjadi.

Menurut pengakuan penyidik polres Jakarta Pusat yang menangani kasus memalukan dan mencoreng nama baik menterindalam negeri itu, otak pelaku dan pemberi perintah ke Umar Syadat cs itu adalah seorang pejabat tinggi negara yang sedang terancam penjara karena kasus – kasus korupsinya sedang diungkap akun @Triomacan2000 di lini masa twitter.

Bermaksud membungkam akun yang dikenal sangat kritis itu, pejabat tinggi kejagung berkolaborasi dengan seorang mantan aktivis 1998 yang kini menjabat staf khusus Presiden RI. Kedua pejabat negara inilah yang diduga berada di balik penyerangan dan kriminalisasi terhadap Raden Nuh.

Usaha pembunuhan terhadap diri Raden Nuh memang sering terdengar. Pernah seorang pejabat tinggi negara secara khusus mendatangkan beberapa pembunuh bayaran dari daerah asalnya di luar Jawa untuk melakukan order pembunuhan terhadap Raden. Untungnya Raden segara mendapatkan informasi perihal rencana pembunuhan dirinya dari teman – teman jaringan intelijennya yang kebetulan bertugas berdinas di instansi yang sama dengan pejabat yang memberi perintah pembunuhan.

Sejak peristiwa penyerbuan di RS Thamrin itu, Raden yang sebelumnya sudah jarang aktif berkicau di twitter, segera menginformasikan kepada admin – admin pengelola @triomacan2000 untuk lebih berhati – hati karena semakin banyak pejabat mafia dan koruptor yang ingin melenyapkan admin – admin @triomacan2000 dengan segala cara. Akun @Triomacan sudah dianggap mereka sebagai ancaman, penghambat, musuh dan penyebab korupsi mereka diusut KPK, Ksjaksaan atau Polri.

Mengutip pernyataan Raden Nuh di berbagai media lebih setahun lalu, pihaknya menegaskan bahwa usaha menghentikan kicauan informasi pejabat korup dan munafik di negeri ini tidak akan pernah surut apalagi berhenti. Raden Nuh mengaku sudah biasa menghadapi cecunguk – cecunguk musuh rakyat itu. Raden sebelum kembali lagi ke dunia aktivis itu adalah eksekutif profesional yang pernah menjabat direktur dan direktur utama di berbagai perusahaan nasional.

Tekadnya untuk kembali menjalani hidup sebagai aktivis khususnya aktivis anti korupsi mencuat kala dia melihat fenomena korupsi di mana – mana, di seluruh sektor kehidupan berbangsa dan bernegara. Tekad itu makin bulat ketika Raden mengalami sendiri permintaan suap dari seorang deputi menteri BUMN. Raden yang saat itu menjabat sebagai Direktur utama PT. Asuransi Berdikari diminta menyuap deputi agribisnis Kemnentrian BUMN miliaran rupiah agar Raden jadi diangkat sebagai Direktur atau Direktur Utama di PT. Berdikari PP (Persero) yang juga merupakan BUMN Holding Berdikari.

Aktivis yang sangat anti korupsi itu sekita marah besar dan mendatangi Deputi Menteri BUMN korup itu untuk menyeretnya ke KPK. Sayangnya, seorang seniornya mantan aktivis mahasiswa tahun 80an mwncegah niat Raden tersebut dan berjanji akan mendatangi secara langsung deputi Menteri BUMN itu untuk menegur keras dan beri peringatan terakhir.

Peristiwa percobaan pembunuhan yang terakhir terhadap Raden Nuh dituangkannya melalui kronologis singkat sebagai berikut :

Pada sabtu siang dua bulan lalu itu saya dan teman – teman saya diantaranya petinggi lembaga strategis negara dan direksi BUMN sedang latihan memukul di Driving Golf Senayan, Jaksel. Di tengah – tengah latihan tersebut, teman saya yang direktur utama sebuah BUMN mengatakan bahwa dia curiga dengan dua orang yang duduk di restoran club house yang sudah lama dia lihat selalu memperhatikan saya. Dua orang asing tersebut (belakangan seorang diantaranya diketahui berinisial JKm) matanya tidak pernah lepas dari saya. Karena curiga dengan maksud dan tujuan dua orang asing itu, teman saya dirut BUMN itu segera mendatangi kedua orang tersebut dan pura – pura bersahabat menjalin komunikasi dengan menanyakan nama dan dari mana. Kedua orang asing tersebut, diduga dari asal sulawesi dan maluku, tidak memberi nama mereka tapi hanya menyebutkan bahwa mereka baru saja selesai ikuti turnamen golf di Pondok Indah dalam rangka HUT PT . PLN (Persero).

Mereka juga memberi jawaban bahwa kedatangan mereka ke driving golf senayan itu hanya untuk makan mie rebus. Jawaban kedua orang asing ini agak mencurigakan teman saya tersebut. Kecurigaannya itu disampaikan ke saya dan teman – teman. Saya sempat berkomentar secara guyon bahwa teman saya itu terlalu paranoid. Masak orang mau makan mie rebus saja dicurigai, kata saya.

Sekitar jam 5 sore saya pun izin pamit duluan pada teman – teman saya yang masih ingin melanjutkan latihan memukul bola golfnya. Saat mau menuju keluar dari club house golf itulah, tiba – tiba ekor mata saya melihat gerakan kedua orang asing tadi berdiri serempak dan bergegeas membuntuti saya. Di depan saya ada dua orang yang semula duduk juga ikut berdiri. Saya sudah mulai melihat ada yang tidak beres. Namun saya tetap bergegas masuk ke mobil. Hari sabtu itu saya menyetir sendiri karena supir saya tidak masuk kerja setiap sabtu dan minggu, kecuali saya beritahukan sebelumnya. Sesampai di dalam mobil dan setelah menghidupkan mesin mobil, saya melihat ke kaca spion samping dan belakang. Saya melihat ada dua orang lagi yang kedua mata dan perhatiannya fokus melihat ke arah mobil saya. Ketika saya perhatikan ke depan dan kanan kiri, terlihat sudad ada empat orang di depan yang mengepung saya dan ada dua mobil berwarna putih yang posisinya badan mobilnya setengah sudah keluar dari posisi parkir. Saya mulai berkesimpulan ini adalah formasi penyergapan. Untuk memastikan analisa saya, segera saya matikan mesin mobil, pura – pura bicara di hand phone dan segera balik ke club house dan langsung menuju toilet.

Sesampai di toilet yang terletak di samping dalam club house, dekat arena driving golf, saya menunggu sekitar 1 menit di dalam toilet sambil berdiri di pintu toilet. Setelah satu menit saya dengan tiba – tiba membuka pintu toilet dan mendapatkan salah seorang dari kelompok yang membuntuti saya tadi berdiri persis di luar depan pintu toilet. Saya pura – pura tidak melihatnya dan lalu secepat mungkin bergabung kembali dengan teman – teman yang masih latihan di arena driving range sambil menelpon teman saya yang bertugas di Polda untuk melaporkan peristiwa ini. Hanya dalam tempo 10-15 menit rekan – rekan polisi sekitar belasan orang berpakaian preman segera tiba di kompleks driving range tersebut. Melihat perkembangan tersebut dan khawatir mereka diciduk, para preman bayaran yang berjumlah sedikitnya delapan orang itu segera melarikan diri.

Berdasarkan penyelidikan awal polisi, percobaan mencelakakan diri saya tersebut diduga terkait dengan kasus korupsi puluhan triliun di PLN atau di Bank Bukopin”.

Demikian kronologis yang ditulis Raden Nuh di kompasiana beberapa waktu yang lalu.
Siapa bilang membongkar korupsi dan borok pejabat itu mudah? Nyawa anda bisa menjadi taruhannya.

0 comments:

Post a Comment